Setelah sekian lama saya hanya berdoa agar kamu selalu
sehat, bugar, bahagia, sejahtera, aman, tentram, dan makmur sampe saya lupa
sama kemakmuran dan keamanan saya sendiri, akhirnya saya berdoa dengan kegeoisan
yang membakar seluruh jiwa raga saya. Saya sujud gemetar sambil berdoa, “Ya
Allah, tolong jangan bawa dia pergi, aduh, saya masih mau sama dia, tolong
jangan bawa dia pergi dari hidup saya dulu, gak sanggup ih, gak sanggup pisan.”.
seumur hidup, baru kali ini saya ngerasa takut kehilangan, takutnya bukan main
pula.padahal mah kalo dia gak ada ya biasa aja, cuma gak tau kenapa ngerasa gak
sanggup.
Dia membuat saya merasa lebih bahagia dari biasanya, gak tau
kenapa, seneng aja gitu liat dia. Dia berhasil membuat saya merasa begitu
rendah karena dia begitu cerdas sampe saya menemukan semangat baru untuk
belajar lebih banyak. Cukup tau dia baik-baik aja, itu udah bikin saya bahagia
bukan main.
Sebelumnya, hidup saya monoton, asik sama dunia sendiri,
semacam agak menolak dunia luar sana, terus dia muncul mengenalkan satu dunia
yang sempat saya singgahi tapi saya tinggalkan, dia membuat dunia itu menarik
kembali. Dunia yang saya tinggalkan karena saya merasa tidak ada yang mengerti
saya dan dunia itu maka saya beralih ke dunia yang lain walau sesekali saya
rindu dan mengintip kembali dunia itu. Dia datang bagai anggota MLM menawarkan
dunia itu kembali. Setiap hari saya bersyukur karena Gusti Allah udah ngasih dia
dalam hidup saya.
Semakin saya terbuai dengan kehidupan saat ini semakin saya
menolak kalau dia hanyalah sementara. Waktu pun akhirnya menampar wajah saya
sekerasnya, saya sadar, akhirnya. Biasanya saya sangat menikmati semuanya
hingga akhirnya saya merasa ini semua jangan sampai selesai. Saya terlalu
bahagia bersama dia tapi bagus lah cuma ya…
Tolmachevy Sisters -- Shine |
Setiap malam datang, rasanya begitu menyesakkan. Kenapa? Karena
itu tandanya berkurang sudah waktu saya dan dia untuk bersama, ini lebih kejam
dari pada deadline tugas laporan atau skripsi sekalipun. Dia bagai matahari
yang terbit di dalam hidup saya karena memang saya kebanyakan terlelap di dalam
apa yang saya sebut “tujuan hidup”. Dia bagai dosen pembimbing yang bikin saya
merevisi hidup saya. Entah manusia macam apa dia sampai bisa membuat saya
seperti ini dan saya melakukan semuanya dengan senang hati. Tapi semua akan
selesai cepat atau lambat. Saya hanya bisa berharap kalau semuanya tidak hanya
sampai di sini. Saya hanya bisa berharap kalau dia akan selalu memotivasi saya
untuk menjadi lebih baik, mungkin dia tidak sadar akan hal itu tapi dia
melakukannya. Ah, saya tidak pernah merasa begitu takut, saya hanya bisa berdoa
untuk dia. Sialan.
0 komentar:
Posting Komentar