Senin, 20 Oktober 2014

You Are My Rising Sun

Setelah sekian lama saya hanya berdoa agar kamu selalu sehat, bugar, bahagia, sejahtera, aman, tentram, dan makmur sampe saya lupa sama kemakmuran dan keamanan saya sendiri, akhirnya saya berdoa dengan kegeoisan yang membakar seluruh jiwa raga saya. Saya sujud gemetar sambil berdoa, “Ya Allah, tolong jangan bawa dia pergi, aduh, saya masih mau sama dia, tolong jangan bawa dia pergi dari hidup saya dulu, gak sanggup ih, gak sanggup pisan.”. seumur hidup, baru kali ini saya ngerasa takut kehilangan, takutnya bukan main pula.padahal mah kalo dia gak ada ya biasa aja, cuma gak tau kenapa ngerasa gak sanggup.

Dia membuat saya merasa lebih bahagia dari biasanya, gak tau kenapa, seneng aja gitu liat dia. Dia berhasil membuat saya merasa begitu rendah karena dia begitu cerdas sampe saya menemukan semangat baru untuk belajar lebih banyak. Cukup tau dia baik-baik aja, itu udah bikin saya bahagia bukan main.

Sebelumnya, hidup saya monoton, asik sama dunia sendiri, semacam agak menolak dunia luar sana, terus dia muncul mengenalkan satu dunia yang sempat saya singgahi tapi saya tinggalkan, dia membuat dunia itu menarik kembali. Dunia yang saya tinggalkan karena saya merasa tidak ada yang mengerti saya dan dunia itu maka saya beralih ke dunia yang lain walau sesekali saya rindu dan mengintip kembali dunia itu. Dia datang bagai anggota MLM menawarkan dunia itu kembali. Setiap hari saya bersyukur karena Gusti Allah udah ngasih dia dalam hidup saya.

Semakin saya terbuai dengan kehidupan saat ini semakin saya menolak kalau dia hanyalah sementara. Waktu pun akhirnya menampar wajah saya sekerasnya, saya sadar, akhirnya. Biasanya saya sangat menikmati semuanya hingga akhirnya saya merasa ini semua jangan sampai selesai. Saya terlalu bahagia bersama dia tapi bagus lah cuma ya…


Tolmachevy Sisters -- Shine
Setiap malam datang, rasanya begitu menyesakkan. Kenapa? Karena itu tandanya berkurang sudah waktu saya dan dia untuk bersama, ini lebih kejam dari pada deadline tugas laporan atau skripsi sekalipun. Dia bagai matahari yang terbit di dalam hidup saya karena memang saya kebanyakan terlelap di dalam apa yang saya sebut “tujuan hidup”. Dia bagai dosen pembimbing yang bikin saya merevisi hidup saya. Entah manusia macam apa dia sampai bisa membuat saya seperti ini dan saya melakukan semuanya dengan senang hati. Tapi semua akan selesai cepat atau lambat. Saya hanya bisa berharap kalau semuanya tidak hanya sampai di sini. Saya hanya bisa berharap kalau dia akan selalu memotivasi saya untuk menjadi lebih baik, mungkin dia tidak sadar akan hal itu tapi dia melakukannya. Ah, saya tidak pernah merasa begitu takut, saya hanya bisa berdoa untuk dia. Sialan.

0 komentar:

Posting Komentar