
Siksaan baik secara fisik mau pun
psikis perlahan melatih saya untuk bisa lebih “bersahabat” dengan keadaan. Ya,
setiap langkah, setiap nafas, setiap getaran suara, dan setiap hembusan angin,
saya bersyukur bahwa saya bisa menikmati itu semua. Kebahagiaan dimulai dari
diri sendiri bukan? Saya menikmati setiap tugas yang banyak walau kadang saya
merasa bosan menatap layar, saya menikmati setiap suara di sekitar saya
terutama setiap musik yang saya dengarkan, saya menikmati setiap film atau
serial TV dan setiap buku yang saya baca, saya menikmati setiap imajinasi yang
sudah mempercerah hidup saya. Saya merasa bahagia. Neraka ini seakan telah
menjadi rumah bagi jiwa saya. Lalu dia datang dalam hidup saya.
Ia sangat cerdas, tampan, mau bekerja
keras, dan menyenangkan. Wawasan kami tidak sama tapi saya selalu ingin
berbincang karena saya merasa ia bisa memperluas wawasan saya. Saya merasa
bahagia dengan hidup saya dan saya merasa ingin bahagia bersama orang itu. Saya
mensyukuri setiap detik atas kehadirannya dalam hidup saya, setiap senyum,
setiap sapa, dan setiap ilmu
yang ia berikan. Ibarat sebuah rumah, rumah saya
duah begitu indah dengan semua aspeknya, tamannya, pagarnya, atapnya, namun dia
seakan menjadi cat yang membuat rumah saya lebih berwarna, cat yang mewarnai
setiap ruangan yang nyaman menjadi terasa lebih ramai.Maybe by Valentina Monetta |
Entah apakah ia merasakan hal
yang sama dengan saya atau tidak tapi saya tidak bisa membohongi diri sendiri
karena saya benar-benar merasa lebih bahagia. Tidak menutup kemungkinan bahwa
akan ada orang lain yang akan memberi saya kunci surga atau paling tidak
bilang, “surga ada di sebelah sana". Saya tidak mau terlalu optimis dengan
orang ini, hanya dengan mengenalnya saja saya sudah merasa beruntung. Kalaupun
dia hanyalah akan menjadi sebuah angin penyejuk di dalam neraka, saya akan
menikmati setiap hembusannya. Kalau dia yang akan menunjukkan saya di mana
pintu surga itu, saya harap bahwa saya juga memegang kunci surga untuknya.
Selama ini, setiap saya menyukai
seseorang, rasanya begitu menyiksa namun dengan dia saya merasa biasa saja
bahkan bahagia. Tak terpikir bahwa saya harus memilikinya, saya hanya bisa
bersyukur di setiap pertemuan atau walau hanya mendengar namanya. Saya harap,
saya bisa selalu bersyukur kepada Tuhan atas dirinya. Mungkin ini yang disebut
masuk neraka demi menemukan pintu surga karena saat ini neraka yang saya
tempati perlahan berubah menjadi lebih terang, sejuk, dan menenangkan.
0 komentar:
Posting Komentar